tentang sebuah tembok

Saya sebenernya orang yang paling malas berdebat,hanya sesekali saja bila dianggap perlu. Saya malas karena banyak orang melupakan prinsip dan aturan berdebat yang baik, lebih condong menjadi tembok dan seolah tidak mau mendengar asumsi pihak lawan, terlalu yakin dengan opini sendiri dan hasil akhirnya pasti sudah bisa di bayangkan = perang syaraf. INDONESIA OH INDONESIA..Tapi banyak juga yang belum yakin dengan opininya namun berani bersuara, sekalinya tersandung eh malah termakan omongan sendiri.

Hal ini setidaknya saya dapat ketika terlibat dengan sebuah diskusi, kebetulan ada teman SMA yang menulis notes di FB dengan judul Facebook Mendanai Perang Gaza. Intinya pokoknya ajakan memboikot Facebook gitu-lah pokoknya. Dan ajakan ikut berpartisipasi terhadap kasus Palestina.

Saya menulis comment yang isinya kurang lebih begini :

Pepito Praptowahyono at 12:17pm February 25
nice. tapi coba pendapatku dibawah ini gak usah dikaitin dulu sama agama ya subhan :)
kira-kira sejauh apa kontribusi kita bagi negara sendiri?
kenapa belakangan orang kebakaran jenggot mengurusi negara orang, sementara sendirinya antipati sama bangsa sendiri?
inget hal yang menggelitik ini coba ditanggapi diluar sudut agama ya.

Pepito Praptowahyono at 12:21pm February 25
dan satu hal yang agak menggelitik lagi, tentang pemboikotan semua produk AS yang disinyalir keluaran Yahudi.. kalau mau ditilik lebih jauh, rasanya gak mungkin. coba ditelusuri setiap jengkal semua produk yang kita pakai, pasti ada yang berbau AS.
lalu yang jadi masalah, saya suka gerah sama orang boikot ini itu, buat saya BOIKOT itu = TOTAL TIDAK MENGGUNAKAN SAMA SEKALI PRODUK YG DI BLACK-LIST, kalau masih setengah-setengah, jangan brani berkoar-koar dulu..
sekali lagi ini jangan diliat dr sudut agama, saya kurang berkapasitas untuk itu :)

Inti dari pertanyaan saya adalah ingin menyinggung budaya LATAH kita saat ini. Sibuk mengurusi urusan negara luar , eh sama negara sendiri antipati acuh tak acuh. Perlu dicatat yang saya tekankan adalah perlunya kadar keseimbangan. Analogi-nya seperti ini : saya pribadi pun membeci Israel yang mengepung Palestina, yang bisa saya bantu selain doa (yg menurut hemat saya udah efektiv) adalah dukungan materi. Di luar itu cobalah memikirkan bangsa sendiri yang lagi ricuh pra-pemilu ini dan segala banyak ketimpangan disana-sini..

Lalu belum lama berselang, ada comment baru pd notes itu

xxxxxxxx at 2:06pm February 25
Jangan sekuler lah mas, memisahkan agama dgn keseharian kita. Agama ga bs dipisahkan karena sbg aturan main. Coba main sepak bola ga ada aturan main, ya ga bisa. Malah jadinya main2. Hidup kok utk main2. Btw, boikot bkn koar2 kok, cm mengambil cara yg lebih baik ketika yg trbaik blm sanggup dilakukan. Yg penting konsisten.

Gosh!! mulai ada tembok baru!! Saya sekuler? dan kesan opini dr Mr.X yang mencap saya melupakan agama? Do you know me well enough? Have you ever meet me? enak aja udah brani nilai! Saya tahu agama penting, paling penting malah, cuman kadang orang berlindung pada Agama tanpa mau memandang aspek-aspek lainnya. Dan pada pertanyaan saya yang meminta untuk dijawab di luar konteks agama adalah sebagai sebuah pertimbangan, sejauh mana teman saya itu memposisikan dirinya, apa memang hanya korban latah atau tidak, itu saja..

Saya tetap mengikuti diskusi di notes itu dengan seksama, kali ini DIAM. Belum lama dia, si Mr.X ini berhasil membuat saya tertawa (karena commentnya tentu saja) :

xxxxxxxxxxxx at 5:11pm February 25
Soalnya facebook blm masuk list yg saya boikot Hil. Sementara ini masih mcdonalds, starbucks, sara lee, danone, dan saudara2nya. Gitu Bung Hilmy... Lumayan laah.. Haha. Jadi, saya kalo di swalayan bth wktu lbh lama, ada 1 prtimbngn lg.

Oh konsistensi tentang pendefinisian yang aneh, ternyata boikot punya skala prioritas juga ya? sigh ;)

Ah, serius bener postingan saya kali ini hehehehe

[ps] gambar di ambil dr sini : http://www.istockphoto.com/file_thumbview_approve/1167059/2/istockphoto_1167059_stubborn_man.jpg