currently listening : Mika - Happy Ending
Artificial .
not according to nature, man made, unnatural..
not according to nature, man made, unnatural..

Saya sempat berfikir keras sekitar 3 tahun yang lalu, tentang seperti apa dan bagaimana cara menghabiskan hari. Selain 'harus' berani mengambil resiko, do my best ( cliche? but it's a good cliche) dan lain-lain, satu lagi yang penting adalah berbahagia. Yang terakhir ini susah-susah gampang, saya gak mau terjebak dalam kebahagiaan yang semu.
Lalu saya mengobservasi, mengamati dan membuat catatan kecil. Mendatangi banyak teman ramai, mencoba menggali secara sembunyi tentang apa kebahagiaan primer orang orang di dekat saya, dan kebahagiaan yang hanya sepintas lihat.
Bahagia karena berhasil membeli gadget terbaru, sudah biasa.
Bahagia karena bisa sombong punya IPK tinggi, sudah biasa.
Bahagia karena merasa dirinya keren, juga sudah biasa
Bahagia karena mempunyai pacar yang tampan/cantik yg bisa di tenteng kemana-mana, biasa.
Bahagia karena mempunyai pundi berlimpah, sedikit semu
Bahagia A - Z
bertransformasi menjadi artificial, di mata saya.
Ada satu cara bagaimana kita bisa tahu. Lihat matanya ketika senang, perhatikan senyumnya ketika dipuji, coba baca liuk geraknya ketika berjalan atau yang paling gampang, lihat mimik mukanya ketika berbicara. Setidaknya dengan beberapa cara itu, kita bisa -sok- tahu, mana yang real mana yang artificial.
Saya sendiri, sangat berbahagia karena masih bisa melihat banyak hal remeh temeh yang sebetulnya penting untuk dijadikan objek penambah rasa bahagia. Setiap nafas, setiap ketukan detik, setiap makanan yang saya lahap, setiap sapaan yang saya balas, setiap ucapan terima kasih yang saya terima dan banyak hal lainnya. Berbahagia secara nyata itu murah, tapi kadang orang (termasuk saya), suka membelinya secara MAHAL
;)
Bahagia A - Z
bertransformasi menjadi artificial, di mata saya.
Ada satu cara bagaimana kita bisa tahu. Lihat matanya ketika senang, perhatikan senyumnya ketika dipuji, coba baca liuk geraknya ketika berjalan atau yang paling gampang, lihat mimik mukanya ketika berbicara. Setidaknya dengan beberapa cara itu, kita bisa -sok- tahu, mana yang real mana yang artificial.
Saya sendiri, sangat berbahagia karena masih bisa melihat banyak hal remeh temeh yang sebetulnya penting untuk dijadikan objek penambah rasa bahagia. Setiap nafas, setiap ketukan detik, setiap makanan yang saya lahap, setiap sapaan yang saya balas, setiap ucapan terima kasih yang saya terima dan banyak hal lainnya. Berbahagia secara nyata itu murah, tapi kadang orang (termasuk saya), suka membelinya secara MAHAL
;)
2 komentar:
Bahagianya jadi orang yang masih bisa menghargai segala sesuatu yang sebenarnya bukan sebuah hal yang remeh.
Benar-benar mendapat berkah :)
hehe.. iya nih.
:)
Posting Komentar