22.6.12

Radio



Kali ini saya akan cerita tentang satu impian lama yang ternyata sekarang kesampaian juga, jadi penyiar. Bermula dari masih kecil, ya dari SD, saya sangat suka dengan musik, radio adalah media yang lekat dengan hal itu (selain televisi). Sensasi mendengarkan radio juga berbeda daripada menonton TV. Kita diajak untuk menebak sosok yang menjadi jembatan antara informasi dan lagu, begitupula dengan rasa bangga yang muncul ketika lagu yang kita minta diputarkan. Semakin saya sering mendengarkan radio, semakin ingin rasanya jadi penyiar radio. Berbagai hal norak dilakukan, mulai dari yang sok merekam suara sampai suka ngomong sendiri selayaknya lagi siaran.

Di Jambi, lulus SMP ada keinginan saat SMA untuk melamar jadi penyiar, tapi nggak kejadian karena ternyata harus masuk SMA asrama yang hanya boleh pulang seminggu sekali. Semasa kuliah di Jogja, keinginan juga masih ada, namun keburu minder karena merasa terlalu ‘cupu’ untuk melamar di radio kota besar. Alhasil nggak berani mencoba sampai lulus kuliah. Lalu impian itu meredup? Tentu tidak dong. Masih suka mendengarkan radio? Tentu iya dong.

2009, akhirnya saya mulai bekerja di Jakarta,  yang tadinya hanya bisa streaming radio besar akhirnya bisa mendengarkan langsung melalui frekuensi lokal. Impian untuk jadi penyiar makin menjadi-jadi. Mau melamar? Lagi-lagi mentok di minder tadi.

Mei 2011, saya ditugaskan untuk kembali bekerja di Jambi. Setelah kurang mengikuti perkembangan tentang radio disini, akhirnya saya ketemu satu radio yang lumayan cocok dengan selera. Selera disini maksudnya saya cocok dengan tema, target pendengar, pilihan lagu dan pola siaran para penyiarnya. Radio ini baru berdiri Februari 2012, Boss Radio 98,4 FM. Juli 2011 secara tidak sengaja saya mendengar tentang satu iklan penerimaan penyiar di radio ini. Tanpa basa-basi dalam hati saya bertekad harus melamar. Mikir pendeknya sih kalo nggak coba sekarang ya kapan lagi, kalau lolos ya syukur bisa mengisi waktu sepulang dari kantor yang kebanyakan kosong, kalau nggak lolos ya sudah (walau dalam hati pasti kesal). Dengan niat yang niat banget, saya lengkapi berkas persyaratan. Tahapan tes: administrasi, tes tertulis, tes vokal dan wawancara dilakukan. Ada hal lucu saat tes wawancara. Ternyata program director yang jadi pewawancara adalah penyiar radio favorit saya waktu masih kecil, dan dia masih inget sama saya, sebagai anak kecil banci kuis yang sialnya selalu menang. Alhamdulillah, dari 42 pelamar, 4 orang dinyatakan lolos, salah satunya saya.

Agustus – Oktober 2011 kami berempat training broadcasting. Selama dua bulan itu saya jadi tahu bahwa siaran itu nggak hanya cuap-cuap lalu putar lagu. Ada yang namanya pola siaran, teknik vokal, teknik pemilihan lagu, pola talkshow, teknik mixing sampai evaluasi siaran. Intinya, jadi penyiar itu nggak segampang yang kita fikirkan, ada banyak hal yang memang harus dipelajari. Berita gembira lalu datang, setelah dievaluasi, saya dinyatakan orang pertama yang layak untuk dikontrak, yang artinya mulai dikasih kepercayaan untuk mulai siaran. Tau gimana rasanya? Seneng tapi ketakutan. Ya gitu deh pokoknya, campur aduk.

Oktober 2011 – Januari 2012, saya mulai dilepas siaran walaupun belum dapat jadwal dan program sendiri. Kalau kata program director-nya sih masih mencari program yang cocok buat saya itu apa. Sampai kira-kira akhir Januari, saya dapat program sendiri, siaran 3 kali seminggu dan syukur programnya sesuai dengan harapan. Pertama siaran ajang curhat, kedua siaran untuk lagu 90an dan terakhir mungkin yang paling membanggakan, dapat slot untuk malam minggu berformat obrolan santai. Kenapa membanggakan? Karena ternyata program ini adalah program unggulan di radio ini.

Jadi gimana rasanya setelah akhirnya siaran? Seneng banget. Saya jadi ingat pertama kali siaran dan pegang mixer, rasanya terharu sampai bingung mau ngomong apa pas on air. Siaran itu buat saya adalah cara untuk menghilangkan stress terlebih yang disebabkan oleh aktivitas sehari-hari. Siaran memungkinkan saya untuk menyusun playlist sesuai dengan tema dan suasana hati pendengar. Lalu perasaan senang bukan kepalang yang timbul kalau ternyata ada pendengar yang merespon playlist yang saya susun.

Nggak hanya ingin berpuas diri, saya makin getol mendengarkan pola siaran radio di kota besar untuk belajar banyak hal, lalu setiap hari makin rajin membaca apa saja untuk menambah bahan bridging. Yang paling freak mungkin adalah ketika saya menyusun playlist untuk didengarkan dalam perjalanan ke kantor, lalu sambil nyetir mulut mulai ngoceh sendiri seolah lagi siaran.

Sekarang genap 8 bulan siaran. Banyak yang tanya apa nggak capek weekdays kerja kantoran, lalu malamnya siaran sampai jam 12 malam? Capek fisik memang iya, tapi begitu ketemu mixer langsung semangat lagi. Semoga rasa cinta saya terhadap radio nggak berkurang. Semoga rasa semangat menggebu-gebu menjelang beberapa jam on air masih terus berjaga. Semoga rasa ingin berbagi informasi terus ada. Dan yang paling penting semoga saya bisa jadi penyiar yang nggak pernah merasa bosan untuk terus belajar. Gila ya, impian itu akan terus jadi impian kalau nggak dicoba untuk diwujudkan.  Asik, kata penutupnya udah bisa bikin saya mirip motivator belum ya?

Tidak ada komentar: