5.11.13

SG Trip: Coffee Shop Hop


Agustus -September boleh dibilang bulan yang paling melelahkan tahun ini, kerjaan di kantor yg menumpuk (memaksa saya untuk kerja 10-12 jam tiap hari bahkan weekend). Saya jenuh dan bosan sampai taraf merasa jadi robot dengan rutinitas itu-itu saja. Beruntung kantor saya punya tradisi untuk libur seminggu ketika sedang ulang tahun. Seminggu itu diisi dengan kegiatan olahraga & outing yg tidak bersifat wajib. Bagi saya, jeda ini adalah waktu yg pas untuk liburan. Last minute saya merencanakan liburan ke Singapore untuk sekedar santai dan coffee shop hop.

Persiapan seminggu mulai dari pesan tiket via batam yang kebetulan lagi murah, pesan hostel serta browsing tentang coffeeshop seputar SG. Kebanyakan yang saya catat untuktarget dikunjungi berasal dari blog LadyIronChef, RubbishEatRubbish, CafeHoppingSG & beberapa review majalah lokal. Persiapan lain adalah : mulai melatih diri terbiasa memakai aplikasi Google Maps di iphone, karena kali ini saya berlibur sendirian.

Tiba di SG 26 September 2013 dan langsung menuju Chinatown, hostel yang saya pilih adalah 5 Footway Inn, dengan pertimbangan lokasi yang tidak jauh dari stasiun MRT, gampang kemana-mana dan juga kawasan ini selalu hidup 24 jam. Ini beberapa coffeeshop yang saya kunjungi.

1. 40 Hands (Tiong Bahru)

Tiong Bahru ibisa dibilang lagi jadi primadona di Sg. Di sepanjang area ini banyak terdapat cafe, tempat makan dan toko buku, sehingga berkunjung ke sini bisa jadi satu paket lengkap. Sebelum berburu kopi saya menyempatkan diri untuk membeli beberapa majalah (Kinfolk, Cereal & Monocle) di Books Actually, toko buku unik dengan pilihan judul menarik serta menjual pernak pernik vintage.

Setelah menenteng bacaan, barulah saya menuju 40 Hands (Aussie - Style). Saya memesan Cappucino seharga 5 SGD sambil memilih lokasi di sudut dinding, agar bisa menikmati lalu lintas lalu lalang barista berinteraksi & beraksi menyajikan secangkir kopi. Rasa kopi disini enak sekali, pahit dan asam yang seimbang. Sempat saya ingin menambah gula (sedikit) namun dilarang oleh barista, karena katanya hal itu akan merusak rasa kopi. Saya tidak mencoba memesan makanan karena masih kenyang. Secara keseluruhan saya suka tempat ini, sayang karena kurang begitu luas berbanding terbalik dengan jumlah pengunjung yg banyak berakibat saya kurang bisa berlama-lama disini.



Selain 40 Hands, sepanjang menyusuri Tiong Bahru saya menemukan  Drips, Orange Thimble & Tiong Bahru Bakery yang layak dikunjungi, mungkin untuk lain kali.

2. The Plain (Craig Road)

Dilihat dari Google Maps, lokasi tempat ini tampak jauh dan berputar-putar jika menggunakan MRT. Ternyata setelah diukur dengan skala & teliti membaca petunjuk, The Plain hanya 10 menit ditempuh dengan jalan kaki dari hostel tempat saya menginap. Cuma memang harus jeli karena tidak ada papan petunjuk nama hanya sebongkah kayu kecil yang dipasang di pintu masuk.



Cafe ini tidak begitu ramai dan lebih besar dari 40 Hands. Hal paling berkesan dari tempat ini adalah barista-nya yang sangat ramah. Sebelum memesan menu mereka menjelaskan kira-kira olahan kopi apa yg cocok buat saya, lalu cemilan apa yang cocok sebagai peneman kopi. Saya memesan Coffee Latte (4.5 SGD) dan Scones dengan strawberry jam (3.5 SGD). Kopinya memang tidak seenak tempat pertama, tapi begitu digabung dengan gigitan scones, semua terasa pas. Sesaat sebelum pulang lagi-lagi baristanya dengan ramah bertanya apa ada kurang soal rasa & ajakan untuk berkunjung lagi lain waktu.

3. Good Morning Nanyang (Telok Ayer)

Selain ingin mencoba kopi modern, saya juga berniat untuk mencoba sarapan khas ala Singaporean, yaitu Kaya Toast + Half Boiled Egg dan tentunya kopi. Ada beberapa nama tempat (otentik dan diluar Ya Kun Kaya Toast)  yang ingin saya kunjungi Tong Ah & Chin Mee Chin , satu diantaranya sedang tutup dan akan pindah ke lokasi baru, satu diantaranya berlokasi di tempat yg agak susah ditempuh dengan transportasi umum. Akhirnya saya memilih Good Morning Nanyang yang berada di Hong Lim Green Community Centre.



Saya memesan satu paket berisi Kopi, Half Boiled Egg dan Kaya Toast seharga 4.1 SGD. Sejujurnya ini kali pertama saya mencoba secara utuh, karena biasanya hanya memesan kaya toast, beruntung di perjalanan menuju tempat ini saya sempat googling tentang bagaimana cara memakan kaya toast dengan kelengkapan lainnya.

Rasa kopinya sendiri seperti rasa kopi di toko kopi tionghoa lain di Jakarta maupun kota-kota di Indonesia, tidak begitu pahit dan sederhana. Kaya toast-nya enak dan ketika di celupkan di telur setengah matang, lezat.

4. Nylon Coffee Roaster (Everton Park)

Ini dia tempat yang paling saya incar. Pertama kali lihat profil Nylon di video ini lalu rutin membaca blog postingan kedua pemiliknya. Saya agak sulit menemukan tempat ini. Biasanya coffeeshop/cafe berada di pinggir jalan atau minimal di kawasan yang menyediakan tempat parkir sehingga gampang ditemui. Nylon sendiri berada di kawasan apartemen, satu hunian yang disulap jadi tempat menikmati kopi.




Saya memesan Iced White seharga 4.5 SGD. Bagaimana rasanya? Enak dan pas di lidah sampai-sampai saya lupa foto karena keburu habis. Selain itu juga memang harus buru-buru dihabiskan karena tempat ini pada dasarnya dirancang untuk takeaway, jadi hanya menyediakan 3 kursi dan 2 meja. Tapi jangan khawatir, mereka punya takeaway cup dengan desain lucu yang jadi ciri khas.

                
Foto takeaway cup saya ambil dari sini.

Di tempat ini saya sempat mengobrol sedikit dengan pemilik Nylon, Dennis & Jia Min. Saya langsung tahu kalau mereka benar-benar serius mencintai kopi. Mereka berkeliling dunia untuk mencari biji kopi terbaik. Baru sekitar 10 menit obrolan berlangsung tempat ini mulai diserbu  pengunjung yang datang bergantian. Lucunya kebanyakan pengunjung datang dari kawasan yang jauh dari everton park, saya bahkan bertemu 4 orang wisatawan dari Thailand & Hongkong yang tentunya memilih tempat ini karena penasaran dengan rasa kopi yang mendapat banyak pujian, padahal Nylon baru berusian 1.5 tahun.

5. Loysel’s Toy (Kampong Bugis).

Hari terakhir saya hanya punya waktu 2 jam untuk berkunjung ke Loysel’s Toys karena harus mengejar pulang ke Batam. Sempat agak khawatir kalau tersesat di jalan dan telat. Benar saja, saya tersasar berputar-putar sampai akhirnya ketemu tempat ini, karena beberapa petunjuk yang tidak saya temui disebabkan oleh adanya perbaikan ruas jalan di sekitar Lavender.

Loysel’s Toy sendiri merupakan produk Papa Palhetta (yang juga segrup dengan Chye Seng Huat Hardware atau CSHH). Jika CSHH seperti ingin konsisten di jalur kopi, Loysel’s Toy terkenal dengan menu sarapan yang variatif. Maka dari itu saya memilih Loysel’s Toy karena sekalian bisa sarapan sebelum kembali ke Batam.



Saya memesan Cappucino seharga 5 SGD dan menu sarapan (saya lupa nama menu ini, tapi terdiri dari scrambled egg, bacon dan waffle) seharga 10.5 SGD. Kopinya sendiri enak tapi menurut saya porsi susu yang digunakan terlalu banyak, sehingga rasa kopi sedikit tenggelam. Saya justru lebih menikmati menu sarapan yg saya pesan, ketika waffle yang disiram madu dikonsumsi sekaligus dengan bacon serta scramble egg, sensasi manis dan gurih yang spesial. Saya kenyang sampai agak sedikt susah jalan menuju Lavender, padahal dikejar-kejar waktu.


Sebenarnya masih ada beberapa coffee shop yang ingin saya kunjungi: Oriole, CSHH, Toby Estate, Strangers Reunion dll. Tapi karena keterbatasan waktu dan saya enggan untuk terlalu terpaku dengan target, karena target hanya berlaku untuk urusan pekerjaan, untuk liburan kalau bisa jangan. Kopi terbaik (menurut lidah saya yg kurang mengerti kopi) saya temukan di Nylon Coffee Roaster, sama seperti kepuasan yang saya dapatkan di 1/15Coffee di Jakarta.


Liburan kali ini sangat spesial bagi saya, kali pertama traveling solo dan mengandalkan info dari blog dan bertumpu pada Google Maps. Ya mungkin karena masih Singapore, semua petunjuk gampang ditemui, transportasi yang punya sistem baik. Liburan kali ini juga yang membuat saya lebih menghargai ‘kopi’, bukan hanya sebagai minuman tapi juga sebagai sesuatu yang punya 1001 cerita di balik secangkir gelas. Ya paling tidak gini: “ngapain sih elo sendirian keliling Singapore susah-susah demi segelas kopi?”. J

Tidak ada komentar: